Pola busana merupakan suatu potongan
kain atau kertas, yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju/busana ketika
bahan digunting (Porrie Muliawan, 1992). Menurut Widjiningsih (1994:1) pola
terdiri dari beberapa bagian, yaitu pola badan (blus), lengan, kerah, rok,
kulot dan celana yang masih dapat diubah sesuai mode yang dikehendaki. dan menurut saya pola adalah suatu ukuran bad Adapun
langkah pembuatan pola adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan Ukuran
Untuk memperoleh pola busana yang
pas dan cocok dengan model memerlukan ukuran bagian tubuh model secara tepat
dan akurat. Setiap sistem atau metode pembuatan pola kontruksi memiliki jenis
kebutuhan tentang ukuran yang berbeda-beda. Sebelum melakukan pengukuran, model
yang hendak diambil ukurannya harus menggunakan peter ban dan diikatkan
pada bagian-bagian tubuh tertentu hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil
ukuran yang akuran selain itu atribut busana yang menjadikan tubuh lebih besar
harus dilepas. Ukuran yang diperlukan dalam pembuatan busana pesta malam adalah
sebagai berikut:
a. Lingkar Leher (L.L.) : Diukur
sekeliling batas leher, dengan meletakkan jari telunjuk di lekuk leher.
b. Lingkar Badan (L.B.) : Diukur
sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, ketiak, letak
sentimeter pada badan belakang harus datar dari ketiak sampai ketiak. Diukur
pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm, atau diselakan 4 jari.
c. Lingkar Pinggang (L.PL) : Diukur
pas sekeliling pinggang.
d. Lingkar Pinggang (LP) : Diukur
sekeliling pinggang, pas dahulu, kemudian ditambah 1 cm, atau diselakan 1 jari.
Untuk pinggang ban rok dan slack. Boleh dikurangi 1 cm.
d. Lingkar Panggul (L.Pa.) : Diukur
sekeliling badan bawah yang terbesar, ditambah 2 cm sebelah atas puncak pantat
dengan sentimeter datar. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm atau
diselakan 4 jari.
e. Tinggi Panggul (T.Pa) : Diukur
dari bawah ban petar pinggang sampai di bawah ban sentimeter di panggul.
f. Panjang Punggung : Diukur dari
tulang leher yang menonjol di tengah belakang lurus ke bawah sampai di bawah
ban petar pinggang.
g. Lebar Punggung : Diukur 9 cm di
bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan
ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan yang kanan.
h. Panjang Sisi (P.S.) : Diukur dari
batas ketiak ke bawah ban petar pinggang di kurangi 2 a 3 cm.
i. Lebar Muka (L.M.) : Diukur pada 5
cm di bawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari
batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri.
j. Panjang Muka (P.M.) : Diukur dari
lekuk di tengah muka ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang.
k. Tinggi Dada(T.D.) : Diukur dari
bawah ban petar pinggang tegak lurus ke atas sampai di puncak buah dada.
l. PanjangBahu(P.B.) : Diukur pada
jurusan di belakang daun telinga dari batas leher ke puncak lengan, atau bahu
yang terendah.
m. Lebar Dada (L.D.) : Diukur jarak
dari kedua puncak buah dada. Ukuran ini tergantung dari (B.H.) buste-haouder
atau kutang pendek yang dipakai. Ukuran ini tidak dipakai untuk konstruksi
pola, hanya untuk ukuran pemeriksa.
n. Panjang Lengan Blus (P.L.B.) :
Diukur dari puncak lengan terus ke bawah lengan sampai melampaui tulang
pergelangan lengan yang menonjol.
o. Lingkar Lubang Lengan (L.L.L.) :
Diukur sekeliling lubang lengan, pas dahulu ditambah 2 cm untuk lubang lengan
tanpa lengan, dan ditambah 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan
lengan.
p. Ukuran Uji (U.U.) : Diukur dari
tengah muka di bawah ban petar serong melalui puncak buah dada ke puncak lengan
terus serong ke belakang sampai di tengah belakang pada bawah petar ban.
q. PanjangRok : Diukur
dari batas pinggang sampai batas yang diinginkan.
b. Metode Pembuatan Pola
Pola adalah langkah awal dalam
proses pembuatan busana. Pola ada beberapa jenis yaitu pola jadi dan pola yang
dibuat langsung. Pola jadi adalah pola yang sudah ada di pasaran seperti
majalah atau tabloid. Jenis pola yang sudah jadi yaitu, pola standar, pola
rader, pola amplop, pola cetak, pola diagram. Selain pola yang sudah ada, cara
untuk mendapatkan pola dengan membuatnya sendiri. Metode pembuatan busana
terdiri dari dua macam yaitu :
1)
Drapping
Drapping adalah cara membuat pola
atau busana dengan meletakkan kertas tela sedemikian rupa di atas badan
seseorang yang akan dibuatkan busananya mulai dari tengah muka menuju ke sisi
dengan bantuan jarum pentul (Widjiningsih, 1990 :1).
Untuk memperoleh bentuk yang sesuai
dengan bentuk badan diberikan lipit pantas (kupnaad). Metode Drapping ini hanya
dapat dikerjakan untuk orang lain dan banyak dilakukan sebelum konstruksi pola
berkembang.
2)
Konstruksi Pola
Konstruksi pola adalah pola yang
dibuat berdasarkan ukuran yang dari bagian-bagian yang diperhitungkan secara
matematis dan gambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan
belakang, rok dan lain-lain (Widjiningsih, 1994:3).
Dengan konstruksi pola ini dapat
dibuat bermacam-macam busana. Menurut Porrie Muliawan (1992:7) untuk memperoleh
konstruksi pola yang baik harus menguasai hal-hal sebagai berikut:
a)
Cara mengambil macam-macam jenis ukuran harus tepat dan cermat.
b)
Cara menggambar bentuk tertentu seperti garis leher, garis lubang lengan harus
lancar dan tidak ada keganjilan.
c)
Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam konstruksi harus dikuasai.
Sistem atau cara pembuatan pola
kontruksi terdapat beberapa macam seperti metode So-en, Meyneke, Charman,
Cuppens Guers, Frans Wenner coupe, Derssmaking, ho Twan Nio, Njo Hong Hwie,
Muhawa, Edi Budiharjo.
Saat membuat pola busana, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti:
- Sewaktu mengambil ukuran harus benar tepat dan cermat.
Model diikat dengan peter ban pada beberapa bagian tubuh. Model harus
berdiri dengan tegap jangan sampai membungkuk.
- Cara menggambarkan lengkungan-lengkungan pola pada
busana harus luwes, seperti menggambar kerung lengan. kerung leher, garis
panggul dan lain-lain.
- Perhitungan yang dilakukan harus cermat dan teliti
sesuai dengan rumus, agar hasil yang diperoleh benar.